Tuesday, April 25, 2017

HUTAN KOTA


Kenapa ada harus ada hutan didalam kota? Ya, semakin bertambahnya jumlah penduduk utamanya di perkotaan seperti Malang, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan sarana dan prasarana seperti misal untuk perumahan dan transportasi. Kedua hal itu tentunya akan semakin mengganggu keseimbangan lingkungan yang sehat bila pertumbuhannya tidak terkontrol. Banyaknya bangunan rumah tentu akan menyita ruang atau lahan terbuka hijau dan juga area resapan air. Resapan air adalah hal penting bagi lingkungan yang sehat, karena berfungsi sebagai cadangan air saat kemarau, dan pengendali banjir saat musim hujan. Sedangkan transportasi yang saat ini masih menggunakan bbm fosil, juga memberikan dampak pencemaran yang tinggi terhadap udara sekitar. Nah, hutan kota mempunyai peranan yang sangat penting disini, antara lain sebagai
1) penyerap partikel-partikel polutan yang ditimbulkan dari kendaraan bermotor
2) pensuplai udara bersih (oksigen)
3) pendingin udara alami, seperti kita tahu kota Malang sudah semakin kurang dingin dari waktu ke waktu
4) penyelamat varietas tanaman tertentu atau plasma nuftah
5) area resapan air sekaligus penyedia cadangan air
6) mempercantik kota (estetika)
7) area rekreasi murah, dll.
Pembangunan area terbuka hijau seperti hutan kota ini merupakan langkah yang tepat oleh pemerintah setempat. Tinggal pemeliharaan berkesinambungan diperlukan dengan menggandeng warga sekitarnya. Hutan kota untuk kita semua! (Didiet DSH, Januari 2017)
Sarana warga untuk kegiatan luar ruangan

Hutan kota di Sawojajar ini merupakan gagasan yang baik dan patut diapresiasi

Area bermain anak ini perlu sentuhan estetika agar lebih cantik

Tanaman yang rimbun untuk mengimbangi polusi kota yang ada disekitarnya

Perlu ditambahkan trotoar agar lebih rapi dan aman buat pejalan kaki

Terminal angkutan umum ini hampir diselimuti pohon-pohon besar yang rindang

Friday, April 21, 2017

MELONGOK KAMPUNG WARNA WARNI (2)

KAMPUNG TRIDI
Kali ini saya menyempatkan untuk menengok Kampung Warna Warni Jodipan yang ada di seberang, yang lebih dikenal dengan Kampung Tridi (3D). Secara umum sebenarnya hampir tidak jauh berbeda dengan sebelahnya, hanya saja penekanan gambar-gambar yang berkesan tiga dimensi lebih banyak tertuang disini. Kampung Tridi dengan Kampung Warna Warni dibatasi oleh sungai Brantas yang melintasi dan membelah kota Malang. Sayang ada beberapa lukisan 3D yang ada di jalanan telah menghilang, karena telah sering dilalui oleh para pengunjung dan penghuni kampung itu sendiri. Perlu inovasi lagi agar lukisan 3D yang ada di lantai atau jalanan dibuat dan dikembangkan kembali, karena itu cukup menarik pengunjung loh. Namun secara keseluruhan, okelah. Yuk kita simak gambar2nya. (Didiet, awal Maret 2017)
Dari pintu masuk sudah disambut

Anda bisa berselfie disini seolah2 akan dicaplok si mulut besar

Ada view rumah pohon

Tembok pembatas dan penahan longsor juga berwarna

Bahan cat untuk pemeliharaan

Jadi lebih menarik

Proses pemeliharaan yang dilakukan secara bergiliran sesuai jadwal

Hmm..saya sempet memberi masukan sedikit perihal pewarnaan, bahwa agar bagus tak harus kontras, bisa juga soft, eh, saran diterima...

Si biangkerok penyebar berita lucu ternyata ada disini, si Mukidi

Simbol2 kebanggaan warga

Eh, ngapain Naruto ke Malang? Mau nyari cwie mie?

Penghargaan untuk Silvia Saartje, rocker wanita periode awal di Indonesia

Sentuhan musisi

Ada juga gambar2 semi abstrak

Ini bukan lukisan kanvas loh...

Tembok berlumut tak mengapa, tetap diwarnai

Punakawan juga turut mewarnai
Kreatifitas tanpa batas


Akuarium?

Awas ada Hanuman ngamuk

Ikan koi ini bisa dibawa pulang kalau mau..😋

Para punakawan ikut meramaikan, hmm tak lupa budaya sendiri ya

Lorongnya tak lagi seram

Waduh....no comment

Awas gajah mau keluar, tolong dibantu ya?

Kampung sebelah ternyata keren juga

Eitss...kucing manis ini mau keluar rumah

Ampuunnnn....jangan tembakk!!

Sentuhan gaya Bali

Kampung sebelah dibatasi oleh kali Brantas





Friday, April 14, 2017

WISATA MALANG TIMUR

SPOT WISATA MURAH DENGAN VIEW KEREN
Buat Anda yang senang traveling disekitar Malang atau kabupaten Malang, kini ada tempat wisata yang didisain secara sederhana, namun memberikan nuansa dan view yang bagus. Tempat wisata ini menawarkan sensasi alami. Menurut pendirinya, pak Chakim, ide ini muncul untuk mengakomodasi kebutuhan tempat wisata masyarakat yang selama ini untuk area Malang Timur masih belum banyak pilihan, atau yang dikelola dan dimanfaatkan secara optimal. Bekerjasama dengan Perhutani, pak Chakim dengan modal mandiri mendirikan tempat rekreasi yang berorientasi outbond dan pemandangan alam lepas. Selama ini yang diketahui para pelancong hanyalah Bromo lewat Probolinggo dan Semeru. Padahal banyak sekali lokasi-lokasi keren yang belum dikelola sepanjang jalur ke Bromo lewat Tumpang. Tempat rekreasi GSS ini memang didirikan secara sederhana namun Anda bisa menikmati secara gratis disini. Buat pak Chakim, pemasukan yang diharapkan saat ini cukup dari penjualan makanan dan minuman buat pengunjung. Sedangkan perparkiran dikelola oleh warga setempat, jadi memang memberi banyak maslahat.
Yuk kita simak gambar-gambar berikut. (Didiet DSH, Maret 2017)
Bila Anda ingin menuju ke Bromo atau Semeru lewat Tumpang, maka akan melewati tempat ini. —
Gunung Sari Sunset, karena saat cuaca cerah matahari tenggelam terlihat bagus sekali (sunset)


Jalanan menuju lokasi utama

Tempat ngobrol dan ngopi yang terbuat dari kayu bekas tak terpakai, cukup kreatif yaa

Semua bahan tempat duduk ini memanfaatkan kayu pepohonan sekitar yang tidak terpakai

Tempat favorit para anak muda untuk berfoto

Swafoto (selfie) kurang dianjurkan disini, harus dibantu teman untuk pengambilan gambarnya

Lumayan tinggi dan menantang, hati-hati yaaa..

Budaya yang harus selalu ditanamkan dan dipertahankan

Tempat selfie berupa rumah pohon ini menjadi area favorit, kedepannya pengunjung harus dibatasi, karena rumah pohon tidak diperuntukkan untuk banyak orang

Wednesday, April 5, 2017

PENGRAJIN LIDI DI PEDESAAN

MELONGOK PEMBUAT LIDI DI DESA DAMPUL, KEC.TUMPANG
Dampul adalah sebuah desa paling pinggir di bagian Timur Kecamatan Tumpang. 
Untuk mencapai desa Dampul tidaklah terlalu sulit, pertama datang dulu di Kota Tumpang, setelah itu ambil jalan yang melewati dusun Tulusbesar, Anda akan menemui jalanan menurun dan pertigaan, disana sudah ada papan petunjuk mengarah ke Timur menuju desa Duwet, dan dari Duwet langsung menuju ke arah desa Dampul. 
Disinilah akan kita temui sebuah desa yang asri dan dingin dengan panorama pegunungan dan pepohonan serta tanaman pertanian yang memukau untuk dipandang.
Kebanyakan penduduk setempat berpenghasilan dengan bercocok tanam dan pertanian, komoditi unggulannya adalah sayur mayur serta sedikit buah-buahan dan perkayuan.
Disamping itu banyak juga penduduk yang memanfaatkan waktu luangnya dengan membuat/memproduksi "lidi" (semacam tusuk sate atau tangkai dupa pewangi (Yusoaw) yang berbahan dari Bambu.
Bahkan hampir bisa dikatakan satu kampung di desa Dampul merupakan pembuat "lidi".
Dan lidi-lidi yang sudah jadi paling banyak akan dikirim ke wilayah Bali, juga kota-kota lain seperti Surabaya, Semarang dan Malang sendiri.
Rata-rata penghasilan pembuat lidi disini bisa mencapai lebih kurang 5.000 batang lidi/hari dengan harga kisaran Rp15.000,-/1000 batang.(biasanya dikerjakan dalam satu keluarga).
Namun demikian dengan berpenghasilan seperti itu ternyata kehidupan penduduk disini tetap hidup bersahaja, tenang, dan terkesan penuh syukur.
Itulah sepintas tentang pembuat Lidi bambu di desa Dampul - Kec. Tumpang - Kab.Malang.
(Foto : Bramatimoer)
Panorama perkebunan yang asri dan subur

Udara yang sejuk meski diterik matahari

Jalanan sudah bagus dan beraspal

Sayur mayur nan luas, serta buah2 yang melimpah

Jalanan ini adalah salah satu akses menuju Bromo dan desa Jarak Ijo

Bambu adalah komoditi utama bahan pembuatan lidi, di Malang Timur jenis tanaman bambu bisa dibilang mulai langka

Satu keluarga terlibat dalam pembuatan Lidi, (ini adalah proses pembelahan)

Ada bagian masing2, belah besar dan irat (membelah kecil2)

Ibu dan anak ini sedang melakukan proses penghalusan dan finishing

Perkampungan yang cukup tenang dan jauh dari kebisingan

Pengrajin lidi dikerjakan oleh keluarga diperumahan ini

Proses pengeringan secara alami menggunakan sinar matahari